Bloggroll

Bagi kalian ESTIKINATIC yang senang menulis, dapat kirimkan tulisan kalian di estikinasih@rocketmail.com untuk ditaruh pada bagian Numpang Nulis

menu bar

Home About Fans Numpang Nulis

Cinta diRona Pengorbanan

created by : Davin
Dendang sebuah jam dinding tua dalam irama stacato memecah kesunyian ruang itu, sementara sebidang keringat melekat di tubuh Dayu yang sedang bekerja. Kacamatanya terpasang jauh diatas kening, kopi dalam cangkir keramik di ujung meja seakan nyaris jatuh, wajah tegang, mata birunya menatap apa yang sedang diketiknya. Semakin cepat, semakin cepat, sekilas dipandang jam dinding tua didalam kamarnya yang terus berbunyi. Ia mengetik seakan ada setan yang sedang mengejarnya.
Rambut cokelatnya yang mulai basah itu nampak tidak karuan, seolah ia telah bangun untuk beberapa kali dan tidak pernah ingat akan menyisir rambutnya. Wajahnya kelimis dan ramah, garis-garisnya kuat, tapi mengandung semacam kelembutan dirinya. Ia tidak dapat disebut tampan, tapi wajahnya tegas, menarik, layak dilihat untuk kedua kalinya, membuat orang nyaman berada didekatnya.
Tapi bukan saat sekarang ini, disaat ia mendesah, melirik kembali ke jam dinding tua yang seolah telah kehabisan suara, dan jari-jarinya semakin cepat menari dan bergoyang diatas panggung ketiknya bagaikan goyangan inul yang sedang manggung. Setelah selesainya tugas pengetikan yang telah diembannya, segera iapun berlari mengudara keluar dari kamarnya bagaikan berada dalam perlombaan lari dari suatu olympiade. Keluarlah ia dari rumah peradabannya yang sudah lelah melayani garis keluarganya lebih dari setengah abad. Diberikanlah irama kehidupan oleh Dayu kepada teman setianya yang telah mengantarkan dirinya kedalam tahap tangga kehidupan sebuah motor vespa tua. Dan berlarilah teman setianya itu secepat leopard kearah tempat ia menuntut ilmu.
Ini merupakan hari pertama ia berada didalam Universitas yang telah ia perjuangkan untuk memperolehnya, dan terselesaikanlah tugas perpeloncoan yang pertama yang biasa dialami oleh para mahasiswa baru pada umumnya, yaitu membuat 1000 nama aneh yang tak terbayangkan orang pada umumnya. Namun hal ini tidak membuatnya gentar dan kecil hati karena ia merasa bangga telah masuk kedalam Universitas kebanggannya ini dengan jeripayah ia sendiri, maklum karena Dayu seorang yatim piatu.
Dayu menjadi seorang yatim ketika ia berumur 8 tahun akibat kecelakaan kereta api yang dialami oleh ayahnya, dan ia menjadi seorang yatim piatu ketika ia menginjak bangku kelas satu SMA karena serangan jantung yang dialami oleh Ibunya. Namun Dayu tidak menjadi seorang yang manja dan tak berdaya, sebaliknya ia menjadi seorang yang kuat baik secara mental, rohani, dan kognitifnya bagaikan seorang ksatria baja dari bangsa romawi. Dayu telah mendapatkan beasiswa sampai ia lulus ketika menginjak bangku SMA karena prestasi dan akhlaknya yang bagus kepada setiap orang yang didekatnya, sehingga ia menjadi orang yang disenangi dan ditunggu kehadirannya oleh semua orang yang mengenalnya.
Di hari pertamanya ia memasuki Universitas ia mendapat berbagai cemoohan dan cibiran dari warga kampus yang memiliki kebiasaan modernity, karena stylenya Dayu yang apa adanya dengan kemeja, celana bahan yang sudah menggantung, kacamata bundar tahun 70-an, serta rambutnya yang kemerahan. Dayu tidak menghiraukan semuanya itu ia menguatkan dirinya sendiri bahwa ia kesini bukan untuk menjadi seseorang yang menonjolkan pameran sarana kehidupan yang dimiliki melainkan disini adalah tempat untuk memperoleh bekal pada masa tua dan kesesakkan nanti yaitu ilmu. Namun, dibalik senyuman lebarnya kepada setiap warga kampus yang melihatnya dengan penuh aura cemoohan ia mendapati kesedihan di dalam hati kecilnya. Didalam barisan pelonco ia tidak mendapatkan kelompok sehingga ia meminta untuk dipilihkan kelompok oleh pembinanya yang juga didapati aura cemoohan, hingga iapun mendapatkan barisan kelompok yang terbelakang dan tak terlihat pada posisi biasanya.
Haripun telah menjelang malam akhirnya semuanya diperbolehkan untuk kembali kerumah ataupun ke kost-an mereka. Kembalilah Dayu kerumah tua peninggalan kedua orang tuanya, setibanya dirumah ia segera mandi lalu bergegas untuk menjadi pengurus gerejanya, yang telah ia lakukan semenjak ia ditinggal oleh ibunya. Disana terdapat seorang bapak penjaga gereja yang sudah penuh dengan lukisan putih diatas rambut hitam yang menyayanginya dan telah dijadikannya tempat pencurahan hati dari kesesakkan batin yang dialami diri Dayu. Dayu biasanya mencurahkan hati, meluapkan emosi kepada bapak ini yang biasa disebut oleh Dayu dengan sebutan Pak Hunle.
Dicarinya Pak Hunle oleh Dayu sekalian membawakan ia buah tangan berupa makanan ringan beserta susu kemasan . Dan Dayu bertemu dengan Pak Hunle yang seperti biasanya berada dalam pintu gerbang gereja dalam menyambut para umat yang rela menyisihkan waktu mereka kepada Tuhan. Disambutlah Dayu kedalam ruang tempat ia berada biasanya dalam beristirahat dan meletakkan kepalanya, Pak Hunle mendengar dan menjadi pendengar Dayu yang baik bahkan sangat baik dari curahan hati Dayu yang tertekan oleh kejamnya dunia. Dayu pun tak kuat untuk meneteskan air mata kelantai, Pak Hunle pun terheran akan tangisan Dayu, maklum saja Selama ini Pak Hunle mengenal Dayu sebagai seorang yang tegar dan bermental baja.
Sehingga berhentilah Pak Hunle dari pendengar yang baik buat Dayu menjadi pembicara yang baik buat Dayu. Merasa disegarkan Dayu pun merangkul tubuh Pak Hunle yang sudah rentah dengan erat, lalu Dayu mencium tangan Pak Hunle dan berlutut untuk meminta agar pak Hunle mau dijadikannya tempat bersandar dimasa kesesakkan karena Dayu merasa bahwa satu-satunya tempat ia bersandar yang paling baik adalah Pak Hunle. Namun Pak Hunle mengatakan kepada Dayu bahwa tempat bersandar yang paling baik dan yang terbaik adalah Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya dan disuruhlah Dayu untuk berdiri dari tekukkan kakinya. Dan pamitlah Dayu dari gereja.
Suasana terik nan panas di kota metropolis DKI Jakarta, dimana hiruk pikuk lapisan masyarakat memberikan aura kehidupan yang padat didalamnya. Sorotan sinar matahari yang menampung jutaan nyawa dari rasa yang sangat dingin. Suara-suara mesin kendaraan yang bersahut-sahutan yang memenuhi kota ini seolah tiada hentinya.
Disebuah taman yang mempesona ditengah kota metropolis ini, yang juga sering dijadikan lambang kemajuan dari pembangunan kota Jakarta, Dayu duduk merenung. Tatapan Dayu tertuju pada kilauan fatamorgana yang terpencar menyelimuti arah pandang disisi kirinya. Dibulan Juni, seperti juga ditempat lain di daerah Pulau Jawa.
Dari selimut fatamorgana itu, Dayu seolah melihat figur yang dicintainya. Dan kini figur itu seolah benar hadir memasuki sebagian jiwa raganya. Secara tanggap Dayu membuka isi dari kalung hatinya. Di situ masih terdapat sebuah foto, semua masih jelas dan tersimpan rapih didalam kalung hatinya. Dipandanginya foto Noviyanti yang sedang tersenyum, seolah-olah hidup dan berbicara dengan manis didalam halusinasi Dayu. Diciumnya foto itu dengan penuh kerinduan nan lembut diusapnya foto itu dari gumpalan debu yang memburu.
Dayu dan Noviyanti dulu sering duduk dan menyusuri Senayan di Jakarta kota Metropolis itu dengan menggunakan vespa tua Dayu. Hal tersebut dilakukan mereka berdua seusai menjalani jam pelajaran yang padat di Sekolah Menengah atas Indonesia Satu.
Seusainya mereka belajar, biasanya mampir dulu di sebuah toko penyewaan film-film box office ataupun mencari sepotong roti es krim yang mudah ditemui di sepanjang jalan Pejompongan. Film Ada Apa Dengan Cinta, telah habis mereka tonton bersama-sama. Selanjutnya mereka bercengkrama sambil berpandangan.
Dayu sekarang melakukan pekerjaannya sebagai pengajar pribadi. Dari kampusnya, Dayu menggunakan motor vespa tuanya menuju tempat biasa mereka bercengkrama. Didalam perjalanannya Dayu merasakan kesegaran, Jakarta adalah kota yang megah dan indah. Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dengan arsitektur yang up to date. Namun lebih dari semuanya itu, ada sebuah keindahan yang menawan hati Dayu. Keindahan itu dari seorang wanita melayu yaitu Noviyanti.
Meski sekarang Dayu telah masuk didalam kelas Filsafat Modern, namun suasana kelas tetap tidak menghiraukan keberadaan Dayu. Sampai suatu hari terlihat kerumunan mahasiswa yang terus bergulir mengikuti jalan seorang wanita timur yang putih bersih nan bersahaja. Lalu Dayu melihat wanita itu dengan melompat-lompat dibelakang kerumunan itu, terkagetlah Dayu karena ternyata wanita timur itu adalah Noviyanti.
Walaupun beda jurusan, di mana Dayu mengambil jurusan Filsafat Modern sementara Noviyanti mengambil Ilmu Politik, keduanya sering bertemu di perpustakaan. Noviyanti gadis yang cantik, bersahaja, dan lincah, namun memiliki pemikiran yang radikal didalam berpendapat. Gadis yang hebat, yang selalu memesona setiap lelaki ketika sedang bertutur kata.
Setelah beberapa minggu kemudian karena Dilihatnya Dayu dekat dengan Noviyanti oleh mahasiswa yang lainnya, mulai datanglah satu persatu mahasiswa yang memberikan suasana bersahabat kepada Dayu. Dan didalam pemilihan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), nama Dayu termasuk didalamnya sebagai anggota manajemen koordinasi mahasiswa.
Seringkali Dayu bertemu dengan Noviyanti dan mereka terlibat dalam penggalangan dana untuk kegiatan sosial. Pernah juga terlibat didalam demonstrasi pada kebijakkan pemerintah yang menaikkan harga BBM dan protes anti-korupsi. Mereka sering bertemu lagi, berdiskusi, berdebat, bertengkar, dan akhirnya saling jatuh cinta karena rasa yang berjalan dengan pelan dan akhirnya merasuk begitu dalam.
Selesai studinya di Universitas, Dayu mendapatkan beasiswa melanjutkan S-2 di Amerika. Dan Noviyanti bergabung pada partai oposisi sebagai aktivis antipemerintah yang giat menyuarakan demokratisasi. Sejak perjumpaan terakhir mereka tidak pernah bertemu lagi. Dayu tidak lagi pernah mendengar kabar Noviyanti. Kabar yang sering Dayu dapatkan dari surat kabar Amerika hanyalah gentingnya politik di Indonesia, serta Dayu juga sering melihat siaran berita di jaringan televisi internasional demo besar-besaran terjadi di Jakarta.
Satu-satunya kabar dari Noviyanti yang pernah Dayu terima yaitu setahun yang lalu lewat via e-mail, disitu tertulis bahwa Noviyanti sedang berada didalam tekanan dan sulit berhubungan dengan dunia luar, dan ia meminta bantuan. Namun Dayu tidak tahu bantuan macam apa, tapi ia bersyukur Noviyanti masih hidup yang berarti Dayu masih memiliki harapan untuk bisa bersama lagi dengan Noviyanti.
“Aku cinta padamu, Dayu. Namun aku juga cinta orang tua dan negaraku yang semakin miskin serta menderita terinjak sebagai alas Pemerintah. Kita lakukan tugas dan panggilan masing-masing. Kuharap kau mau selalu menantikan kehadiranku saat kau kembali ke Jakarta nanti.” Itulah ucapan terakhir Noviyanti kepada Dayu. Dayu duduk diam lemas dan tak berkata apapun.
Dayu terus mencari informasi perkembangan di Indonesia. Kabar terbaru yang ia dapat dari jaringan berita internasional ialah bahwa situasi di Indonesia semakin parah. Rakyat yang muak pada rezim Orde Baru mulai tak sabar. Belum lama sebelumnya, tentara menembaki mahasiswa dan aktivis yang berdemo menuntut keadilan ditegakkan.
Dayu coba mengontak Departemen Luar Negeri. Tapi belum juga mendapatkan kabar mengenai Noviyanti. Dayu tidak ingin terjadi apa-apa pada kekasihnya. Dayu benar-benar tertekan batinnya.
“Tidak!tidak! Noviyanti tidak boleh mati,” Dayu menangis didalam teriakannya keatas langit. “Noviyanti tak pernah berdusta, dia akan menepati janjinya untuk bersamaku ketika aku tiba di Jakarta kembali, Pasti! Pasti! Itu Pasti!” Rasa haru menyelimuti Dayu, Dayu duduk tak beraturan diatas loteng secara lemas seperti tak bernyawa.
Amerika sore itu basah setelah di buyur hujan. Tetesan hujan berpendar, angin dingin berhembus merasuk namun tak dirasakan Dayu. Menggoyangkan daun-daun dengan terpaan angin yang membuat daun-daun berterbangan.
Keesokkan harinya Dayu mendengar siaran Radio yang memberitahukan bahwa demo kembali terjadi lagi di Jakarta. Kali ini di Senayan. Barisan aktivis dan mahasiswa bergabung dalam antipemerintah. Keadaan benar-benar kacau balau.
“Duarrrrr, dor , der, dor!” Kepolisian sudah terdesak dan kehabisan akal untuk menanggulangi demo ini. Mereka membungkam para demonstran dengan senapan.
Salah satunya yang terkena peluru senapan adalah Noviyanti yang terlihat fotonya dalam surat kabar harian Internasional Amerika. Tamat




Keadilan Hidup


 created by : Davin



Alkisah terdapat dua kakak beradik yang hidup dibawah ekonomi yang pas-pasan. Ayah mereka bekerja sebagai nelayan, dan Ibu mereka bekerja sebagai tukang kue. Mereka hidup dengan apa adanya dan tidak mengeluh dengan situasi serba pas-pasan seperti itu, akan tetapi setiap harinya mereka berdoa dan selalu meyakini dirinya bahwa pada suatu saat nanti akan menjadi orang yang sukses. Sang kakak berkeyakinan agar ketika dewasa nanti kelak ia sukses dengan menggoyang-goyangkan kakinya, sedangkan sang adik berkeyakinan hal yang serupa namun sedikit berbeda, dimana ia ingin sukses dengan mengipas-ngipaskan tangannya. Apa yang terjadi ?



            Ketika mereka dewasa dan terus berusaha, apa yang mereka cita-citakan dari kecilpun tercapai. Bagaimana bisa? Ternyata sang kakak yang ingin hidup sukses dengan menggoyang-goyangkan kakinya hidup berkecukupan ketika dia dewasa dengan hidup sebagai penjahit profesional dan sang adikpun juga hidup sukses dan mapan sesuai apa yang di yakini sejak dahulu dengan mengipas-ngipas sebagai tukang sate.



            Jadi, janganlah berhenti bermimpi, berjuang, dan yakin pada diri sendiri, karena roda kehidupan terus berputar.


Dawai Usang


 created by : Davin



Di sebuah  ruangan panti asuhan, hanya terdapat 2 tempat tidur yang dimana keduanya ditempati oleh oleh 2 anak panti asuhan. Salah satu anak panti menempati tempat tidur yang dekat sekali dengan jendela bernama Kiko, yang satu lagi jauh dari jendela bernama Popo, keduanya dibatasi oleh kaca pada setiap bagian ruangannya. Setiap harinya Popo selalu merasa iri dengan Kiko karena letak tempat tidurnya yang jauh dari jendela dan Kiko yang selalu bercerita mengenai keindahan serta menariknya dunia luar dengan segala pernak-perniknya.

                 Suatu ketika Kiko menderita sesak napas yang dilihat oleh Popo, namun karena rasa iri serta cemburunya Popo terhadap Kiko maka dibiarkannya Kiko dengan penderitaan sesak napas yang dialaminya, yang padahal Popo dapat membantu memanggilkan Ibu Asuh serta kakak-kakak pengasuh yang ada diluar dekat ruangan Popo. Kikopun tak sengaja memecahkan gelas yang ada dimeja dekat tempat tidurnya dan terdengar keras oleh Ibu Asuh yang segera menuju bunyi yang nyaring tersebut. Ibu asuh mendapati keadaan Kiko yang pingsan dan segera membawanya kerumah sakit.

              Popo karena melihat hal tersebut, sesegera meminta untuk tempat tidurnya ditukar dengan Kiko, karena sesuai dengan peraturan panti asuhan yang membolehkan pertukaran kamar tidur jikalau kamar tersebut kosong. Senanglah hati Popo yang sekarang dekat dengan jendela dan dapat merasakan cerita-cerita indah yang disampaikan Kiko ketika berada didekat jendela. Namun, apa mau dikata, ternyata penyampaian Kiko hanyalah berisikan kata-kata menghibur diri dengan pemandangan yang hanya berupa tembok saja diluar jendela sana yang pada dasarnya berniat untuk segera pindah dari tempatnya itu. Popo sangat terkejut, sesegera ia meminta tukar kembali tempat terdahulunya dia, tapi sayangnya tempat terdahulu dia telah ditempati oleh Kiko yang merasa jauh lebih nyaman dibandingkan tempat dia ketika berada didekat jendela yang pengap dan terik.

                  Jadi, janganlah melihat kelebihan orang lain sebagai kelemahan kita, tapi sebaliknya puaslah pada apa yang ada dan yang sekarang kita miliki untuk selalu bersyukur.



Busur Istimewa


 created by : Davin






Tidak ada komentar:

Posting Komentar